Pernahkah anda menemukan seseorang yang mengalami kejadian kecelakaan ataupun penyakit kemudian seketika mereka tidak respon, tidak ada nafas dan tidak pula ditemukan denyut nadi??
Nah bila menemukan hal tersebut, anda harus segala melaksanakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yaitu Tindakan yang merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B dan C (Airway control, Breathing Support dan Circulatory Support).
Pada orang dewasa tindakan RJP ini dilakukan dengan rasio 30 kompresi dada berbanding 2 kali tiupan nafas (untuk satu penolong) dan rasio 5 kompresi dada berbanding 1 kali tiupan nafas persiklus untuk dua penolong.
Pada anak dan bayi dilakukan dengan rasio 5 : 1 juga.
Adapun cara proses pemberian pertolongan hingga ke Resusitasi Jantung Paru adalah sebagai berikut:
1. Ketika anda menemukan korban, lakukanlah penilaian dini dengan memeriksa responnya melalui respon suara anda. Panggillah nama korban jika anda mengenalnya atau dengan cara mengguncang-guncang bahu korban (hati-hati bila curiga ada cedera leher dan tulang belakang).Nah bila menemukan hal tersebut, anda harus segala melaksanakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yaitu Tindakan yang merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B dan C (Airway control, Breathing Support dan Circulatory Support).
ilustrasi Pijatan Jantung Luar |
Pada anak dan bayi dilakukan dengan rasio 5 : 1 juga.
Adapun cara proses pemberian pertolongan hingga ke Resusitasi Jantung Paru adalah sebagai berikut:
2. Jika TIDAK ADA RESPON, untuk korban dewasa mintalah Pertolongan Pertama kali kepada orang disekeliling anda baru lakukan pertolongan. Pada bayi atau anak, lakukan pertolongan terlebih dahulu selama 1 menit baru minta bantuan. Hal ini karena umumnya pada bayi atau anak terjadi karena sebab lain, sehingga biasanya pemulihannya lebih cepat.
3. Pada kondisi tidak respon ini, segera buka jalan nafas, tentukan fungsi pernafasan dengan cara ; lihat, dengar dan rasakan (LDR) selama 3 - 5 detik. Jika ada nafas maka pertahankan jalan nafas dan segera lakukan posisi pemulihan atau melakukan pemeriksaan fisik.
4. Jika TIDAK ADA NAFAS, maka lakukan pemberian NAFAS BUATAN sebanyak 2 X.
Posisi tangan penolong harus tegak lurus |
6. Jika korban menunjukkan tanda-tanda pulihnya satu atau semua sistem, maka tindakan RJP harus segera dihentikan atau hanya diarah ke sistem yang belum pulih saja.Biasanya yang paling lambat pulih adalah pernafasan spontan, maka hanya dilakukan tindakan Resusitasi Paru (nafas buatan) saja.
Catatan : Khusus untuk bayi yang baru lahir, rasio kompresi dan nafas buatan adalah 3 : 1, mengingat dalam keadaan normal bayi baru lahir memiliki denyut nadi diatas 120 x/menit dan pernafasan mendekati 40 x/menit.
Melakukan RJP yang baik bukan jaminan penderita akan selamat, tetapi ada hal-hal yang dapat dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan sistem pada korban diantaranya:
- Saat melakukan pijatan jantung luar suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
- Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan bantuan pernafasan.
- Reaksi pupil / manik mata mungkin akan kembali normal.
- Warna kulit korban akan berangsur-angsur membaik.
- Korban mungkin akan menunjukkan refleks menelan dan bergerak.
- Nadi akan berdenyut kembali.
Resusitasi Jantung Paru dapat dihentikan apabila:
- Korban pulih kembali.
- Penolong kelelahan.
- Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih dimungkinkan juga dengan peralatan yang lebih canggih (seperti kejutan listrik).
- Jika ada tanda pasti mati.
Untuk lebih mudahnya lihat skema ini.
Ingat melakukan Resusitasi Jantung Paru harus dilakukan sesuai dengan prosedur secara berhati-hati, karena sedikit saja kesalahan akan menimbulkan akibat yang fatal.
RJP DAPAT DILAKUKAN DENGAN BERBAGAI TEKNIK DAN PROSEDUR
Resusitasi Jantung Paru Satu Orang Penolong
ilustrasi RJP dengan 1 penolong |
Pada halaman sebelumnya kita telah membahas secara umum kapan dan bagaimana Resusitasi Jantung Paru (RJP) dilakukan, juga mengenai teknik kompresi baik pada dewasa maupun pada anak atau bayi.
Nah pada halaman ini, akan lebih dijelaskan lagi bagaimana cara melakukan RJP tersebut dengan satu orang penolong. Hal ini sangat penting mengingat adanya perbedaan melakukan RJP dengan satu orang penolong atau dua orang penolong.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
- Periksa Respon, jika tidak ada respon
- Aktifkan sistem (SPGDT), minta bantuan (bila belum dilakukan)
- Buka jalan nafas (caranya klik disini dan disini) dan lakukan pemeriksaan nafas
- Lakukan bantuan nafas awal 2 kali dan jika perlu singkirkan benda asing (yang mungkin ada atau menyumbat) dari mulut korban
- Jika korban bernafas dan nadi karotis teraba letakkan korban pada posisi pemulihan
- Periksa nadi karotis jika tidak ada denyutan maka lakukan RJP
- Posisikan penolong dan tentukan titik pijatan
- Lakukan pijatan jantung sebanyak 30 kali dengan kecepatan pijatan 80 - 100 kali per menit
- Berikan nafas buatan 2 kali secara kuat lembut, dilakukan setelah 30 kali pijatan jantung dengan waktu per satu tiupan sekitar 1,5 - 2 detik
- Lakukan terus sampai mencapai 4 siklus dari 30 pijatan dan 2 bantuan pernafasan
- Kemudian periksa nadi karotis korban
- Jika nadi berdenyut dan nafas ada teruskan monitor ABC sampai bantuan datang
- Jika nadi berdenyut tetapi nafas belum ada maka teruskan bantuan pernafasan 10 -12 kali per menit, jika kemudian nadi masih tidak berdenyut lakukan lagi RJP. Periksa kembali nadi karotis dan nafas setiap 2 atau 3 menit kemudian.
Resusitasi Jantung Paru Dengan Dua Orang Penolong
RJP dengan dua orang penolong |
Cara melakukan Resusitasi Jantung Paru dengan dua orang penolong sedikit berbeda dengan yang dilakukan oleh satu orang penolong, adapun caranya adalah sebagai berikut :
- Sebagaimana penatalaksanaan korban dengan satu penolong, maka tindakan pertama yang harus dilakukan ialah periksa respon, jika tidak ada
- Aktifkan sistem SPGDT
- Posisi penolong saling berseberangan diantara korban
- Buka jalan nafas dilakukan oleh penolong yang berada didekat kepala korban (caranya klik disini dan disini), dan periksa nafas
- Jika tidak ada nafas, berikan nafas buatan 2 kali dan singkirkan benda yang menyumbat jalan nafas
- Periksa Nadi karotis, jika ada lanjutkan pemberian nafas buatan sesuai dengan kelompok usia korban, jika nafas sudah ada lakukan pengawasan ABC dan posisi pemulihan
- Jika Nadi tidak teraba maka lakukan lakukan RJP
- Penolong yang berada dibagian dada menentukan titik pijatan kemudian melakukan pemijatan sebanyak 5 kali
- Dilanjutkan dengan penolong yang berada dibagian kepala memberikan nafas buatan sebanyak 1 kali
- Lakukan teknik di atas selama satu menit (12 siklus) kemudian periksa nadi karotis
- Jika nadi ada dan nafas ada maka teruskan pengawasan ABC sampai bantuan datang
- Jika nadi ada tetapi nafas belum ada maka teruskan bantuan pernafasan 10 -12 kali permenit, jika kemudian nadi juga tidak berdenyut lagi maka kembali lakukan RJP.
- Periksa kembali nadi karotis dan nafas setiap 2 atau 3 menit kemudian
Teknik Kompresi pada Korban Dewasa
Untuk lebih memperjelas hal bagaimana melakukan kompresi (pijatan jantung luar) yang baik dan benar pada korban dewasa maka ikutilah langkah-langkah berikut:
Menelusuri lengkung rusuk |
- Posisikan korban, dia harus berbaring terlentang di atas dasar yang keras misalnya lantai, jangan di atas kasur.
- Bebaskan pakaian di sekitar dada korban.
- Posisi diri penolong pada salah satu sisi penderita. Upayakan senyaman mungkin, kedua lutut penolong dibuka kira-kira selebar bahu penolong.
- Tentukan pertemuan lengkung iga kiri dan kanan. Raba lengkung rusuk paling bawah geser sampai bertemu dengan rusuk sisi berlawanan.
- Temukan titik pijatan dari pertemuan kedua rusuk tersebut diukur 2 jari ke atas pada garis tengah tulang dada.
- Posisikan tangan penolong pada titik pijatan, bagian yang menekan adalah tumit tangan, tangan yang bebas diletakkan di atas tangan yang satunya untuk menopang.
- Posisikan bahu penolong tegak lurus dengan tangan yang menekan.
- Lakukan kompresi (pijatan jantung luar), jaga agar posisi tangan tetap lurus, berikan tekanan yang sesuai kekuatan dan kedalamannya dengan keadaan penderita. Pada saat melepaskan tekanan jangan sampai tertahan.
Mengukur dua jari ke atas |
Teknik Kompresi pada Anak dan Bayi
Ada perbedaan antara pemberian Kompresi pada orang dewasa dan anak (1-8 tahun) serta (0-1) dalam proses Resusitasi Jantung Paru. Perbedaan itu terletak pada pemeriksaan nadi untuk bayi dilakukan pada Nadi Brakial (nadi lengan atas) sedangkan untuk anak sama dengan orang dewasa.
Sedangkan perbandingan kompresi dan bantuan pernafasan baik untuk satu penolong atau dua penolong adalah sama yaitu 5 : 1, berbeda untuk dewasa 30 : 2 (satu penolong) dan 5 : 1 (dua penolong).
Jika bayi atau anak tidak bernafas dan tidak berdenyut nadi maka mulailah proses RJP dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Posisikan korban.
Buka baju korban bagian dada.
Tentukan titik pijatan untuk bayi satu jari di bawah garis imajiner / semu kedua puting susu, untuk anak sama dengan orang dewasa.
Lakukan pijatan jantung untuk bayi dengan mempergunakan jari tengah dan jari manis, sedangkan untuk anak mempergunakan satu tumit tangan saja. Kecepatan pijatan jantung luar pada bayi sekurang-kurangnya 100 kali / menit.
"Khusus bayi baru lahir maka perbandingan pijatan jantung luar (kompresi) dan bantuan pernafasan 3 : 1, mengingat dalam keadaan normal bayi baru lahir memiliki denyut nadi di atas 120 kali / menit dan pernafasan mendekati 40 kali / menit"
PENTING!! FATALNYA AKIBAT KESALAHAN PADA RESUSITASI JANTUNG PARU
Kesalahan melakukan tindakan dan langkah dalam Resusitasi Jantung Paru dapat menyebabkan berbagai akibat bahkan akibat fatal yang ditimbulkan seperti bertambahnya cedera bisa berujung kepada kematian.
Oleh sebab itu perlu diketahui hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan serta akibatnya agar anda sebagai pelaku Pertolongan Pertama dapat lebih berhati-hati dalam melakukan hal tersebut.
Adapun beberapa kesalahan dalam melakukan RJP dan akibat yang ditimbulkannya adalah sebagai berikut:
- Korban tidak dibaringkan pada bidang yang keras, hal ini akan menyebabkan Pijatan Jantung Luar kurang efektif.
- Korban tidak horizontal, jika kepala korban lebih tinggi maka jumlah darah yang ke otak berkurang.
- Teknik tekan dahi angkat dagu kurang baik, maka jalan nafas masih terganggu.
- Kebocoran saat melakukan nafas buatan, menyebabkan pernafasan buatan tidak efektif.
- Lubang hidung kurang tertutup rapat dan mulut korban kurang terbuka saat pernafasan, menyebabkan pernafasan buatan tidak efektif.
- Letak tangan kurang tepat dan arah tekanan kurang baik, bisa menimbulkan patah tulang, luka dalam paru-paru.
- Tekanan terlalu dalam dan terlalu cepat, maka jumlah darah yang dialirkan kurang.
- Rasio kompresi dan nafas buatan tidak baik, maka oksigenisasi darah kurang.
Akibat lainnya yang dapat terjadi jika RJP yang dilakukan salah adalah:
- Patah tulang dada dan tulang iga.
- Bocornya paru-paru (Pneumotoraks).
- Perdarahan dalam paru-paru atau rongga dada (Hemotoraks).
- Luka dan memar pada paru-paru.
- Robekan pada hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar