Jumat, 24 Juni 2011

SEPUTAR PENILAIAN

PENILAIAN KORBAN

Ketika anda hendak memberikan Pertolongan Pertama pada korban, maka hal terpenting yang harus anda lakukan terlebih dahulu adalah dengan melakukan PENILAIAN baik terhadap keadaan korban maupun situasi dan kondisi secara keseluruhan.
Penilaian ini harus dilakukan dengan baik dan tepat sehingga penatalaksanaan korban dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada satu hal pun yang terlewatkan. Penatalaksanaan korban bergantung pada kesimpulan penilaian penolong apakah korban ini tergolong suatu kasus Ruda Paksa (trauma, cedera) atau Penyakit (medis).

Adapun tindakan penilaian ini dilakukan dalam beberapa langkah yaitu:
A. Penilaian Keadaan
B. Penilaian Dini
C. Pemeriksaan Fisik
D. Riwayat Korban
E. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
F. Pelaporan

A. PENILAIAN KEADAAN.
Ditujukan untuk memperoleh gambaran umum tentang apa yang sedang dihadapi, faktor pendukung dan hambatan ketika sedang melakukan Pertolongan Pertama. Hal ini juga diperlukan untuk menilai bahaya lain yang dapat terjadi terhadap korban, penolong atau orang-orang disekitar tempat kejadian.

Tahap yang dilakukan pada penilaian keadaan ini adalah penolong harus mengamankan lokasi, penderita, penolong dan timnya serta orang-orang yang ada disekitar. Kemudian penolong harus memperkenalkan dirinya dan tim (jika dalam sebuah tim) baik kepada korban (jika sadar) dan kepada orang-orang disekitar lokasi. Tahap selanjutnya adalah penolong harus menentukan bantuan apa yang diperlukan jika dianggap perlu dan memungkinkan.

Pada Penilaian keadaan ini ada beberapa pertanyaan yang dapat membantu penolong melakukan analisa, yaitu:
a. Bagaimana kondisi saat itu?
b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi?
c. Bagaimana mengatasinya?
Informasi lain yang langsung dapat diperoleh dalam penilaian keadaan ini adalah:
1. Kejadian itu sendiri.
2. Korban (bila sadar)
3. Keluarga atau saksi
4. Mekanisme Kejadian
5. Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas
6.  Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit
 
Pada halaman sebelumnya telah dibahas tentang Penilaian Keadaan (bag.1), dan pada halaman ini selanjutnya akan dibahas tentang Penilaian Dini.

Memeriksa Respon

B. PENILAIAN DINI
Ditahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa penderita dengan cara yang tepat, cepat dan sederhana. Bila dalam pemeriksaan ditemukan adanya masalah, khususnya pada sistem pernafasan dan sistem sirkulasi maka penolong langsung melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar dan Resusitasi.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam Penilaian Dini adalah:

1. Kesan Umum, harus dilakukan penentuan apakah korban menderita kasus trauma atau kasus medis.
a. Kasus Trauma : kasus yang disebabkan oleh ruda paksa dengan tanda yang terlihat jelas atau teraba. Contoh : luka terbuka, luka memar, patah tulang dan sebagainya disertai dengan gangguan kesadaran.
b. Kasus Medis : kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat ruda paksa. Contoh : sesak nafas atau pingsan. Pada kasus ini penolong harus lebih berupaya mencari riwayat gangguannya.

2. Memeriksa Respon
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran berat ringannya gangguan yang terjadi di  dalam otak. Respon dinilai berdasarkan reaksi yang diberikan korban terhadap rangsangan  yang diberikan oleh penolong. Respon korban dibagi menjadi 4 tingkat : AWAS, SUARA, NYERI, TIDAK-RESPON (ASNT).

Awas : Korban ini sadar dan mengetahui keberadaannya, biasanya korban tanggap terhadap orang, waktu dan tempat. Sedikit gangguan dapat bermakna. Beberapa korban mungkin terkesan sadar penuh tetapi tidak menyadari keadaan lingkungan atau dimana mereka berada.

Suara : Korban hanya bisa menjawab / bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara. Penderita ini dikatakan respon terhadap (rangsang) suara. Seorang korban yang tidak dapat menjawab mengenai tempat dan waktu juga tergolong dalam kelompok ini. Mungkin saat itu mereka sedang mengalami kasus medis. Korban tidak pelu mampu menjawab namun dapat mengikuti perintah sederhana.

Nyeri : Korban hanya bereaksi bila diberikan respon (rangsang) nyeri, misal dengan    cubitan yang kuat, penekanan ditengah tulang dada (bila tidak ada cedera dada) oleh penolong. Bila korban respon terhadap suara, maka rangsang nyeri tidak perlu diberikan. Reaksi yang mungkin bisa dilihat ketika diberi ransang nyeri adalah membuka mata, erangan, melipat atau menjatuhkan alat gerak, dan gerakan ringan lainnya. Laporannya adalah korban respon terhadap nyeri.
Respon Nyeri


Tidak Respon : Korban tidak berekasi dengan rangsang apapun yang dilakukan penolong. Jika dijumpai kasus ini, maka penolong harus segera melakukan penatalaksanaan penanganan jalan nafas dan lainnya.

  
Catatan Khusus : Menentukan respon untuk anak kecil dan bayi agak sulit, penilaian respon ini dapat dilakukan dengan cara bagaimana mereka bereaksi terhadap lingkungannya. Umumnya mereka mengenali orang tuanya dan cenderung untuk menuju kepada mereka. Besar kemungkinan anak kecil dan bayi akan menangis bila dilakukan pemeriksaan. Mereka yang tidak mengenali orang tuanya atau tidak bereaksi pada saat diperiksa mungkin mengalami penyakit atau gangguan berat. Informasi dari orang tua atau keluarga sangat penting dan menjadi perhatian khusus.

3. Memastikan Jalan Nafas Terbuka dengan Baik (AIRWAY)
Keadaan jalan nafas dan respon korban merupakan dasar penatalaksanaan penderita. Pastikan agar jalan nafas korban terbuka dan bersih. Cara menentukan keadaan jalan nafas tergantung dari keadaan penderita apakah ada respons atau tidak.

a. Korban dengan respon baik
Perhatikan pada saat korban berbicara, perhatikan ada tidaknya gangguan suara atau gangguan berbicara, atau suara tambahan? Suara tambahan ini dapat menjadi petunjuk adanya gigi, darah atau benda lainnya dalam saluran nafas. Nilai juga apakah penderita itu dapat mengucapkan suatu kalimat tanpa terputus atau tidak.

b. Korban yang tidak respon
Perlu dilakukan tindakan segera untuk memastikan jalan nafas terbuka. Bila tidak ada kecurigaan cedera spinal gunakan teknik ANGKAT DAGU - TEKAN DAHI. Sebaliknya bila terdapat cedera spinal gunakan teknik PERASAT PENDORONGAN RAHANG BAWAH.
Pemeriksaan jalan nafas tidak hanya dilakukan satu kali saja, namun berulang kali dan terus menerus terutama pada korban yang mengalami cedera berat atau banyak muntah.
Angkat Dagu Tekan Dahi

4. Menilai Penafasan (Breathing)
Setelah jalan nafas dipastikan terbuka dengan baik dan bersih, maka anda sebagai penolong harus menentukan pernafasan penderita. Periksalah ada atau tidaknya nafas korban dengan cara LIHAT, DENGAR dan RASAKAN selama 3-5 detik. Penilaian ini tidak terbatas hanya pada ada atau tidak adanya nafas, tapi juga pada kualitas nafas itu sendiri, apakah korban cukup untuk mempertahankan kehidupan. Bila ternyata penderita tidak bernafas maka segera lakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar dan Resusitasi Jantung Paru.

5. Menilai Sirkulasi dan Menghentikan Pendarahan Berat.
Pada pemeriksaan ini penolong menilai apakah jantung korban melakukan tugasnya untuk memompakan darah ke seluruh tubuh atau tidak. Pastikan denyut jantung cukup baik dan tidak ada pendarahan yang membahayakan nyawa.

Menilai Sirkulasi
a. Korban Respon :
Periksa nadi radial (pergelangan tangan), untuk bayi pada nadi brakial (bagian dalam lengan atas).
Nadi Radial
b. Korban Tidak Respon
Periksa nadi karotis (leher), pada bayi tetap pada nadi brakial. pemeriksaan dilakukan dengan interval waktu 5-10 detik. Bila tidak ada segera lakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru.
Nadi Karotis
Catatan : Pada penilaian dini penolong hanya menentukan ada tidaknya nafas dan nadi. Jangan terpengaruh dengan penampilan cedera korban. Pastikan tidak ada pendarahan yang dapat mengancam nyawa, termasuk pendarahan yang tidak terlihat. Periksa benar kondisi korban, terutama yang memakai pakaian tebal dan berwarna gelap karena hal itu dapat menyembunyikan darah dalam jumlah yang cukup banyak.

6. Hubungi Bantuan
Apabila dirasa perlu atau bagi anda yang memang awam terhadap pertolongan pertama segeralah minta bantuan rujukan. Mintalah bantuan kepada orang lain untuk melakukannya atau lakukan sendiri. Pesan yang disampaikan harus singkat, jelas dan lengkap. Hubungi bantuan segera bila penolong menilai bahwa korban tidak ada respon.

Setelah melakukan penilaian dini maka segera lakukan pemeriksaan berikutnya sesuai dengan kasus yang dihadapi yaitu kasus trauma atau kasus medis. Penilaian ini dilakukan secara terarah terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik rinci.

Dalam Pemeriksaan Dini perlu juga dipertimbangkan prioritas transportasi korban. Apakah harus sesegera mungkin atau dapat tertunda. Penilaian terarah akan sangat membantu menentukan hal ini.

Penilaian Dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah harus ditanggulangi sebelum melanjutkan pemeriksaan fisik.


Setelah pada halaman sebelumnya dibahas tindakan penilaian korban meliputi penilaian keadaan (bag.1) dan penilaian dini (bag.2), maka pada halaman ini akan dibahas tentang PEMERIKSAAN FISIK. Namun topik ini akan dibagi lagi menjadi tiga bagian mengingat panjangnya topik mengenai Pemeriksaan Fisik ini.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Penatalaksanaan korban dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan fisik. Memang dalam tutorial yang diberikan, penatalaksanaan korban dilakukan secara teratur dan berurutan namun sering kali di lapangan keadaan korban yang menentukan cara anda sebagai penolong untuk memeriksa.

Setiap kali penolong menemukan gangguan apalagi yang membahayakan nyawa, maka saat itulah penanganan cedera harus dilakukan. Sebaiknya pemeriksaan korban dilakukan dulu secara cepat dan prioritaskan penanganan cedera mana yang harus didahulukan disusun. Jangan sampai penolong terjebak dalam menangani cedera yang tidak penting walau itu adahal hal yang pertama kali ditemukan dan membiarkan cedera yang lebih berat tanpa pertolongan atau terlambat.

Penilaian Terarah tujuannya adalah agar penolong dapat melakukan penatalaksanaan yang terbaik sesuai dengan keadaan yang dihadapi, juga menunjukkan sikap profesional dalam melakukan tindakan pertolongan secepatnya berorientasikan masalah yang dihadapi.

Pada KASUS TRAUMA penilaian korban harus lebih dititik beratkan pada hasil pemeriksaan fisik, baik yang terarah sesuai dengan keluhan korban atau keterangan saksi, mekanisme kejadian atau setelah seluruh pemeriksaan fisik secara menyeluruh selesai dilakukan.

Tanda vital diperiksa dan bila memungkinkan baru dilakukan wawancara untuk memperoleh riwayat korban. Pada umumnya tanda pada kasus trauma jelas terlihat dan teraba, kecuali korban mengalami cedera dibagian dalam tubuh. Pada keadaan ini mekanisme kejadian dan gejala harus dipelajari dan diteliti.

Pada kasus ini kita harus membedakan berdasarkan mekanisme cedera, apakah dinilai cederanya signifikan atau tidak. Contoh untuk cedera yang signifikan adalah :
- Terpental keluar dari kendaraan
- Adanya penumpang lain yang meninggal di ruang yang sama
- Jatuh dari ketinggian lebih dari 5 meter
- Kendaraan terbalik, melaju dengan kecepatan tinggi
- Kecelakaan sepeda motor
- Korban tidak respon atau ada gangguan status mental
- Ada luka tusuk di daerah kepala, dada atau perut

Penentuan signifikan atau tidak juga sangat dipengaruhi oleh mekanisme kejadian dan usia penderita, misalnya hal yang signifikan jika terjadi pada seorang bayi yang jatuh dari ketinggian 1 meter yang dapat berakibat fatal, atau pun orang dewasa yang jatuh dari ketinggian kurang dari 5 meter namun kepala korban yang lebih dahulu ini juga dapat berakibat fatal.

Mekanisme pada korban cedera tidak signifikan:
  • Cari penyebab terjadinya cedera (mekanisme cedera)
  • Wawancarai korban sambil menilai apakah pernafasannya cukup kuat dan ada tanda-tanda perdarahan besar atau tidak
  • Temukan riwayat yang berhubungan dengan kejadiannya dan pemeriksaan sesuai dengan keluhan penderita
  • Nilai tanda vital
  • Lakukan pemeriksaan fisik rinci sesuai dengan kebutuhan
Mekanisme pada korban cedera signifikan adalah:
  • Nilai keadaan dan tentukan kemungkinan penyebab cederanya
  • Wawancarai keluarga atau saksi mata pada saat yang bersamaan lakukan penilaian penderita untuk mengetahui keadaan yang mengancam nyawa. Stabilkan kepada dan leher penderita, periksa jalan nafas, nilai pernafasan dan nadi. Jangan lupa mencari tanda-tanda perdarahan besar
  • Lakukan penilaian trauma cepat, yaitu pemeriksaan fisik menyeluruh secara cepat dan melakukan penatalaksanaannya secara cepat pula, carilah cedera yang menyolok dan membutuhkan penanganan segera
  • Nilai tanda vital bila keadaan korban terkesan tidak stabil
  • Lakukan pemeriksaan fisik rinci bila waktu cukup tersedia
  • Ulangi penilaian tanda vital, catat perubahan yang terjadi

Pada Kasus Medis pelaku Pertolongan Pertama harus memperoleh riwayat korban lebih dahulu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang diperlukan serta mencari nilai tanda vital. Hal ini dilakukan mengingat kasus medis umumnya hanya berupa gejala yang dirasakan oleh korban saja. Untuk mendapatkan data yang lengkap penolong harus dapat membuat korban / sumber informasi lain menjelaskan gejalanya secara baik dan jelas.

Di lapangan pada korban sadar biasanya penilaian terarah diatur oleh korban karena dialah yang akan mengeluh. Sangat tidak profesional bila korban mengeluhkan sesuatu tetapi penolong tidak segera menanggapinya. 

Pada kasus ini korban dibagi berdasarkan ada tidaknya respon, untuk yang tidak respon segera lakukan pemeriksaan fisik secara cepat hanya untuk memastikan ada tidaknya trauma, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda vital. Bila ditemukan adanya perubahan tanda vital di luar batas normal maka anggap korban itu mengalami masalah medis.

Riwayat korban diperoleh dari keluarga atau saksi mata. Untuk korban sadar lakukan tanya jawab terlebih dahulu untuk mencari riwayat penderita, lanjutkan dengan pemeriksaan fisik sesuai dengan keluhan korban. Kasus medis biasanya tidak memerlukan pemeriksaan fisik secara rinci.

Mekanisme pada korban medis yang respon:
  • Mulai dengan tanya jawab dan lanjutkan selama menilai dan menangani korban
  • Ajukan pertanyaan yang mengarah kepada riwayat penyakitnya
  • Lakukan pemeriksaan fisik korban sesuai dengan keluhan yang diberikan saat tanya jawab
  • Nilai tanda vital

Mekanisme pada korban medis yang tidak respon:
  • Berusaha melakukan wawancara atau tanya jawab dengan keluarga atau saksi untuk mencari riwayat penyakit atau penyebabnya, namun disamping itu perlu diperhatikan:
  • Pastikan jalan nafas terbuka dengan baik, pernafasannya baik, ada nadi. Jangan lupa memeriksa ada tidaknya pendarahan besar. Lakukan penatalaksanaan sesuai dengan temuan penolong.
  • Periksa tanda-tanda khas suatu penyakit
  • Nilai tanda vital
Pemeriksaan Korban merupakan suatu ketrampilan yang harus dilatih.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar